Menghitung Nilai Ekonomi Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut Akibat Penambangan Pasir Laut di Kep. Riau
Menghitung Nilai Ekonomi
Kerusakan Lingkungan Pesisir dan Laut Akibat Penambangan Pasir Laut di Kep.
Riau
1.
Pendahuluan
Pengelolaan ekosistem pesisir dan laut yang berkelanjutan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah konservasi dan kesejahteraan masyarakat belum
dilakukan secara efektif, sehingga di beberapa wilayah pesisir sudah mulai
muncul fenomena pemanfaatan yang bersifat sektoral, exploitative dan
melampaui daya dukung lingkungannya. Dampak pemanfaatan tersebut mulai muncul,
khususnya terlihat pada laju kerusakan fisik lingkungan pesisir yang semakin
meningkat.
Masalah penambangan dan ekspor pasir laut di kepulauan Riau ke Singapura
akhir-akhir ini banyak diberitakan media masa dan dibicarakan oleh masyarakat
luas , apalagi setelah tertangkapnya bebarapa kapal keruk pasir oleh kapal
perang TNI AL dan Bae Cukai beberapa waktu yang lalu. Maraknya penambangan dan
ekspor pasir laut dipicu dengan adanya kegiatan reklamasi di pesisir Singapura
yang mencapai 160 –180 km2 dengan volume kebutuhan pasir mencapai
1.815 juta m3 (Makarim, 2002) .
Menghitung atau valuasi nilai ekonomi kerusakan di kawasan pesisir dan laut
merupakan pekerjaan yang tidak mudah, apabila data dan waktu yang ada terbatas.
Walaupun banyak alternatif metode yang dapat digunakan, namun ke dua hal
tersebut tetap merupakan kendala oleh karena itu tulisan ini merupakan estimasi
berdasarkan sejumlah asumsi namun hasilnya dapat mendekati kerusakan yang
sesungguhnya dan cukup untuk menggambarkan betapa mahalnya nilai lingkungan
tersebut.
2. Valuasi
Ekonomi Kawasan Pesisir dan Laut
Valuasi ekonomi lingkungan pesisir dan laut merupakan upaya kuantifikasi
sumberdaya yang terdapat di dalam pesisir dan laut dan jika diukur dari
terminaloginya merupakan kesediaan untuk membayar atau willingness to pay untuk
mendapatkan sumberdaya pada lingkungan tersebut, dengan demikian sasaran dari
valuasi ekonomi lingkungan pesisir dan laut adalah ditujukan terhadap nilai
ekonomi pasir laut dan nilai ekonomi ekologi yang ada di sekitarnya .
a. Identifikasi
Manfaat, Nilai manfaat atau nilai kegunaan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : (1).
Nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) artinya, output (barang
dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya alam yang secara langsung
dapat dimanfaatkan ; (2). Nilai manfaat tidak langsung Indirect use value
(IUV) artinya, barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya
yang tidak secara langsung dapat di ambil dari sumberdaya alam tersebut.
(Kusumastanto, 2000).
Dengan mengikuti dasar identifikasi nilai manfaat di atas, maka penilaian
manfaat langsung lingkungan pesisir dan laut, Kepulauan Riau terdiri dari :
nilai ekosisitem mangrove, nilai ekosistem terumbu karang, dan nilai ekosisitem
padang lamun (sea grass). Sedangkan manfaat tidak langsung ditujukan
pada nilai lingkungan pesisir dan laut antara lain : pilihan (biodiversity),
nilai keberadaan (existence value) , penelitian, nilai fisik (pelindung
pantai) dan nilai pariwisata .
1) Manfaat
Mangrove, Berdasarkan hasil survei PKSPL- IPB tahun 1998 dan dari monografi
propinsi Riau tahun 1997, diketahui bahwa di wilayah pesisir di Kepulaun Riau
terdapat hutan mangrove sekitar 26.502,26 Ha atau 6,49 % luas hutan mangrove
Indonesia.. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasarnya, kayu mangrove merupakan
komoditi yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi. Dengan asumsi 1 h ekosistem hutan mangrove mampu menghasilkan sekitar 18
m3 kayu/ha/th. (Al-Rasyid, 1989), dengan harga
US$ 50,00/ m3 (Ruitenbeek, 1991) bila asumsi nilai tukar 1 US$ Rp.
9.000, maka nilai kapitalisasi manfaat kayu mangrove di lokasi tersebut adalah
Rp. 8.100.000,-/ha/th.
Nilai fungsi hutan mangrove yang berasosiasi dengan keberadaan sumberdaya
perikanan didekati dengan jumlah hasil tangkapan ikan di sekitar hutan mangrove
tersebut. Menurut data Dinas Perikanan Propinsi Riau dan dari pelaku pasar
diperoleh hasil tangkapan 0,885 ton/ha/th. dengan harga sebesar US$ 1.163,04
per ton (Gellwyn dan Dahuri, 1999) maka nilainya sebesar Rp 9.263.613,60
/ha/th.
Selain berdasarkan atas hasil tangkapan ikan, hutan mangrove sebagai
habitat hewan liar (burung dan reptil) juga memiliki nilai yang harus
diperhitungkan berdasarkan atas hasil tangkapan dan nilai pasar. Berdasarkan
penelitian oleh PKSPL-IPB tahun 1998 di hutan mangrove kepulauan Riau,
ditemukan 18 spesies burung dan 5 spesies reptil. Sementara dari hasil
penelitian Ruitenbeek, 1991 nilai burung adalah US$ 0.12/ha/sp/th. dan nilai
reptil US$ 0.73 ha/sp/th., maka diperoleh nilai fungsi ekosisitem untuk
mangrove sebagai habitat wildlife , yaitu Rp. 19.440,-/ha/th dan Rp.
32.850,-/ha/th, sehingga total nilai manfaat untuk burung dan reptil sebesar
Rp. 52.290,-/ha/th. Untuk nilai manfaat dari nener dan benur, berdasarkan nilai
pasar dan pelaku pasar adalah Rp. 569.171,42,- ha/th. Nilai manfaat langsung
seluruhnya Rp. 17.985.075,02,- ha/th.
Nilai manfaat tidak langsung seluruhnya Rp. 29.318.940,00,- ha/th., berupa
nilai fisik sebagai pelindung pantai dihitung berdasarkan atas hasil studi (Dahuri,
1995) yaitu sebesar US$ 726,26 ha/th. jika nilai tukar 1 US$ Rp. 9.000,-
diperoleh sebesar Rp. 6.536.340,-/ha/th, dengan asumsi nilai konstan/th.
sementara berdasarkan hasil studi (Ruitenbeek, 1991) nilai pilihan (biodiversity)
adalah US$ 15,00 ha/th sehingga nilainya sebesar Rp 135.000,-/ha/th dan
nilai keberadaan (existence value) adalah US$ 2.516,40 ha/th setara
dengan nilai Rp. 22.647.600,-/ha/th
2) Manfaat
Terumbu karang, Terumbu karang di kepulauan Riau, terbentang di paparan dangkal
hampir di semua pulau dan mempunyai tipe berupa karang tepi (fringing reef).
Manfaat langsung dari terumbu karang dihitung dari hasil tangkapan perikanan
yaitu : ikan karang, udang dan moluska, Dengan total luasan terumbu karang yang
ada di wilayah kepulauan Riau 23.200,14 ha dan dengan asumsi yang diperoleh
dari hasil perhitungan bahwa nilai tangkapan ikan sebesar US$ 103.575.720 atau
setara Rp. 932.181.480,-, maka dapat diperoleh nilai tangkapan perikanan di
kawasan terumbu karang kepulauan Riau adalah sebesar US$ 4.464,44 ha/th. atau
Rp. 40.179.960,00,-ha/th , (PKSPL-IPB, 1998).
Hasil estimasi manfaat tidak langsung sebesar Rp. 239.244.305,70,- ha/th.
karena keterbatasan data dihitung atas dasar manfaat terumbu karang sebagai
objek penelitian dan pariwisata dihitung berdasarkan hasil studi Husni, dkk
(2001) yaitu sebesar rata-rata Rp. 383.759,69 /ha/th. Manfaat sebagai
penahan abrasi pantai didekati dari pembangunan pemecah
gelombang (break water) apabila tidak ada ekosistem terumbu karang. Biaya
pembangunan fasilitas break water ini diperkirakan sebesar
Rp.232.001.400,-ha/th ( PT. Diagram, 1994 dalam Husni, dkk., (2001). Nilai
Keberadaan (existance value) Pada dasarnya nilai keberadaan adalah
penilaian yang diberikan dengan terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan (
Fauzi, 1999). Nilai ini didekati dengan melihat
kemauan masyarakat untuk membayar (Willingness To Pay) seberapa besar
nilai agar tetap terpeliharanya sumberdaya tersebut. Besarnya tergantung pada kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat
yaitu Rp. 6.391.146 / ha/th.
Manfaat
pilihan terumbu karang kepulauan Riau di didekati dengan menggunakan nilai
manfaat dari keanekaragaman hayati (biodiversity). Menurut White dan Trinidad (1998) dalam Husni, dkk (2001), memberikan nilai biodiversity dari ekosistem
terumbu karang sebesar US $ US $ 52 / ha / tahun, jika 1 US$ Rp. 9.000,- maka
berjumlah Rp. 468.000 / ha / tahun.
3) Padang Lamun (sea grass), Ekosistem
padang lamun memiliki peranan cukup penting dari sisi ekologis, yaitu berperan
sebagai pelindung atau tempat kehidupan berbagai organisme di peraiaran pesisir
(Fauzi, 1999 ; Tomascik et. al., 1977 dan Kusumastanto,1999). Ekosistem padang
lamun (sea grass) hidup menyebar pada subtrat pasir berlumpur di
perairan kepulauan Riau .
Manfaat
langsung yang dapat diambil dari padang lamun sementara baru nilai fungsinya
sebagai habitat hidup berbagai macam ikan (PKSPL-IPB, 1998), walaupun sudah
dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran namun belum dapat dihitung nilainya
karena tidak ada data pemanfaatan maupun nilai produksinya. Nilai manfaat
langsung yang diambil dari nilai perikanan diwakili oleh komoditas udang dan
ikan sebesar US$ 56.419.620 bila luas total padang lamun di kepulauan Riau
adalah 14.620,6 ha , maka diperoleh nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91
ha/th atau kedalam nilai rupiah berjumlah Rp. 34.730.214,90 /ha/th. (PKSPL-IPB,
1998).
Selain itu,
diperoleh juga nilai tidak langsung sebesar Rp.31.499.575,00,-ha/th.,
yang berasal dari nilai cadangan biodiversity dan nilai sebagai pencegah
erosi dengan nilai masing-masing sebesar US$ 15 ha/th atau berjumlah Rp.
135.000 /ha/th. dan US$ 34.871,75 ha/th atau setara Rp. 31.364.575,0 /ha/th.
(Ruitenbeek, 1991 dan Kusumastanto, 1998).
b. Nilai
Ekonomi Total , Berdasarkan pengidentifikasian seluruh nilai manfaat (Use
Value) dari nilai manfaat langsung Direct use value (DUV) dan nilai
manfaat tidak langsung Indirect use value (IUV) maka Nilai Ekonomi Total
(Total Economic Value) yang diperoleh dari pemanfaatan lingkungan
pesisir dan laut di kepulauan Riau, sebesar Rp. 392.958.070,60,- ha/th
lihat tabel di bawah :
Tabel 1.
Nilai Ekonomi Total (TEV) Pemanfaatan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kepulauan
Riau.
|
Manfaat
|
Mangrove
(Rp/ha/th)
|
Terumbu karang
(Rp/ha/th)
|
Padang lamun
(Rp/ha/th)
|
Perkiraan
|
Nilai Ekonomi Total (TEV)
|
|
Langsung (DUV)
|
17.985.075,02
|
40.179.960,00
|
34.730.214,90
|
Konstan/th.
|
|
|
Tidak Langsung
(IUV)
|
29.318.940,00
|
239.244.305,70
|
31.499.575,00
|
Konstan/th.
|
|
|
Nilai Total/Juta
(Rp/ha/th)
|
47.304.015,02
|
279.424.265,70
|
66.229.789,90
|
392.958.070,60
|
4. Penutup
Nilai Ekonomi Total/ Total Economic Value(TEV) yang harus
dibayar bangsa Indonesia , khususnya masyarakat Riau sebesar Rp. 392.958.070,6 ha/th. Data
terakhir dari Pemda Riau menyebutkan bahwa kerusakan sudah mencapai 40 % dari
total lingkungan pesisir dan laut yang ada, maka estimasi kerugian mencapai
nilai Rp. 3.481.865.862.000,- artinya tiga trilyun lebih yang harus
dibayarkan atas kerusakan lingkungan pesisir dan laut akibat penambangan pasir
laut ….?
Comments
Post a Comment